Sabtu, 02 April 2016

Lary bird

Lahir di West Baden Springs, Indiana dia merupakan putra dari Georgia dan Joe Bird. Ia tumbuh besar di West Baden dan di perbatasan kota French Lick, sehingga ia dijuluki "the Hick from French Lick setelah karier basketnya terkenal.

Bahaya finansial telah mengganggu keluarga Bird di masa kecil Larry. Pada tahun 1988 diwawancarai oleh Sports Illustrated, Bird menceritakan bagaimana ibunya memperjuangkan keuangan dengan meminjam uang ke pihak Bank. Saat anak-anaknya menginginkan sepatu, maka ibunya menghubungi pihak Bank agar mendapatkan uang. Hal tersebut menjadikan motivasi pada dirinya.

Perjuangan keluarga Bird untuk melawan kemiskinan diperparah oleh Joe Bird yang pemabuk dan pribadi yang kacau (stres). Tahun 1975, setelah orangtua Bird bercerai, ayahnya pun melakukan bunuh diri.

Biarpun masalah dalam rumah tangga keluarga bird tetap mengganggunya. Pada tahun kedua di sekolah menengah atas, Larry Bird menjadi salah satu pemain basket yang terbaik di French Lick. Dia menjadi bintang tim SMA Spring Valley di French Hick, West Baden. Larry menjadi pemegang rekor pertama dalam mencetak point. Foto dirinya dipajang pada sekolahnya. Di tempat yang sekarang ia dikenal menjadi Larry Bird Boulevard dari French Hick.

Pada tahun 1974 Larry Bird mendapatkan beasiswa dari Universitas Indiana. Universitas ini adalah salah satu universitas ternama untuk program bola basket bagi mahasiswanya. Dipimpin oleh pelatih terbaik Bobby Knight.

Namun dia merasa tidak kerasan dan merasa tidak cocok dengan besarnya dan populasi Universitas Indiana, lalu dia meninggalkan universitas itu setelah sebulan menuntut ilmu di sana dan pulang kembali ke French Lick.

Setelah mendaftarkan diri di perguruan tinggi lokal dan mendapatkan beberapa kerja sampingan di kotanya, dia mendaftarkan diri ke Universitas Negeri Indiana. Di mana dia dilatih oleh Bob King yang kemudian digantikan oleh Bill Hodges. Pada tahun ajaran terakhirnya, Bird memimpin ISU Sycamores ke final turnamen NCAA pada tahun 1979. Tetapi dikalahkan oleh Unversitas Negeri Michigan, yang di motori oleh lawan rival masa depannya di NBA, Ervin "Magic" Johnson.

Tim Bola basket ISU Sycamores pada tahun itu berprestasi dengan rekor menang-kalah 33-1. Pada tahun itu juga Bird mendapat Perhargaan Naismith dan Perhargaan Wooden yang diberikan untuk atlet bola basket pria terbaik tingkat mahasiswa. Hanya dengan bermain 3 tahun di Universitas Negeri Indiana, dia meninggalkan kampus itu dengan prestasi sebagai pemegang rekor tertinggi kelima untuk point di tingkatan NCAA (Liga Basket Mahasiswa), dan menghasilkan rata-rata 30.3PPG, 13.3RPG dan 4.6 APG.

Ia adalah pemain bola basket Amerika Serikat terdahulu yang bermain di NBA. Perlu diakui, ia sebagai salah satu yang terhebat dalam semua permainannya, dan mungkin yang tergesit. Larry masuk dalam Draft NBA urutan ke-6 secara keseluruhan oleh Boston Celtics tahun 1978. Bird bermain sebagai small forward dan power forward selama 13 musim.

Ia pensiun sebagai pemain NBA pada tahun 1992. Bird telah divoting oleh NBA's 50th Anniversary All-Time Team pada tahun 1996 dan dimasukkan ke dalam Naismith Memorial Basketball Hall of Fame in 1998. Di luar basket, Larry muncul dalam tiga film layar lebar.

Film tersebut antara lain, Blue Chips pada tahun 1994, dan Space Jam bersama Michael Jordan dan Bill Murray dan Celtic Pride dengan Dan Aykroyd dan Damon Wayans pada tahun 1996. Dia juga muncul dengan Michael Jordan dalam iklan 1993 Super Bowl McDonalds berjudul "The Showdown" yang sering digolongkan sebagai salah satu dari sepuluh iklan terbaik Super Bowl.

Sementara itu, Larry terus menjalin hubungannya dengan NBA, membangun karir kedua dengan sangat sukses. Dia pertama kali bekerja bagi Celtics sebagai asisten front office khusus dari tahun 1992 sampai 1997. Kemudian ia menerima posisi pelatih kepala tim NBA, Indiana Pacers. Di bawah kepemimpinannya, meskipun kurang pengalaman melatih sebelumnya, Pacers adalah calon juara Wilayah Timur pada tahun 1998 dan 1999. Mereka juga memenangkan mahkota Wilayah Timur pada tahun 2000.

Sebagai bentuk upaya yang luar biasa, Larry berhasil  menjadi Pelatih NBA Tahun untuk musim 1998.

Ia kemudian mengundurkan diri sebagai pelatih Pacers setelah musim 2000. Larry kembali ke organisasi pada tahun 2003 sebagai Presiden Operasi Bola Basket. Dia melanjutkan dalam kapasitas ini sampai sekarang.

Larry Bird akan selalu dikenang sebagai salah satu pemain basket terbesar sepanjang masa dan di antara lima atau lebih pemain terbaik dalam sejarah NBA.

Cari SMK terbaik di bekasi? SMK Mahanaim 

Sabtu, 31 Oktober 2015

Kobe Bryant

,
Kobe Bryant adalah Pebasket Profesional asal Negeri Paman Sam, yang saat ini bermain untuk Tim LA Lakers. Bagi para NBA mania, siapa yang tak kenal nama Kobe Bryant, keahliannya dalam mendrible maupun shooting bola tidak usah diragukan lagi. Pemain yang berposisi sebagai Shooting Guard ini, telah memperoleh banyak penghargaan. Pemain yang memiliki tinggi badan 198cm ini, bernama lengkap Kobe Bean Bryant. Pada kesempatan kali ini, Gudang Biodata akan menyajikan Biodata Olahragawan dari Pebasket NBA ini. Berikut kai sajikan Profil dan Perjalanan Karir Pebasket Kobe Bryant.
Kobe Bean Bryant lahir di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat, 23 Agustus 1978; umur 30 tahun adalah seorang pemain NBA dan bermain untuk klub Los Angeles Lakers. Dia memakai kostum bernomor punggung 24 (sejak musim 2006-07) dan bermain dalam posisi Shooting guard. Kobe pertama kali bermain di NBA pada kompetisi tahun 1996-1997 dan telah membawa Los Angeles Lakers 3 kali juara saat bersama dengan pemain berbintang lainnya, Shaquille O’Neal yang sekarang ini bermain untuk tim Phoenix Suns.

Karir dan Prestasi

Salah satu prestasi individu terbaiknya adalah mencetak 81 angka saat melawan Toronto Raptors pada tanggal 22 Januari 2006, yang merupakan jumlah angka kedua terbanyak dalam sejarah NBA yang dicetak dalam satu game. Di musim ini pula ia mencetak 50 poin ke atas dalam 4 pertandingan berturut-turut. Ia memiliki rekor sepanjang karirnya yatu membuat poin di atas 50 sebanyak 21 kali.Tetapi rekor itu belum cukup, karena pemain legenda Wilt Chamberlain dan Michael Jordan lebih banyak mencetak poin di atas 50, Chamberlain dengan 108 kali dan Jordan 31 kali. Tapi, dalam sejarah NBA, ia pernah mencetak 81 poin dalam 1 game di mana itu adalah rekor poin terbanyak kedua setelah Wilt Chamberlain yang bisa mencetak 100 poin dalam 1 game.

Kurniawan dwi yulianto

BOCAH itu menatap saya malu-malu. "Kamu Kurniawan?" Tanya saya. Dia mengangguk, dengan senyum yang berusaha dia sembunyikan. Kaus hijau setengah lusuh, plus celana kolor putih kecoklatan yang dia pakai menegaskan bahwa dia memang pantas dipanggil "Kurus". Kaki, tubuh, dan tangannya memang kurus. Tapi kaki itu pula yang kelak mengharumkan bangsa, dan layak dibanderoli mahal oleh klub yang menyewa jasanya. Momen ini terjadi medio 1992. Saya masih bekerja di sebuah mingguan kecil di Semarang. Bahari namanya. Sekarang mingguan itu masih berdiri, berganti nama menjadi Inspirasi. Kantornya di belakang Mal Paragon, Jalan Pemuda. Kurus, maksud saya Kurniawan, saat itu sudah terkenal, terutama di kawasan sepakbola yunior. Mendengar namanya sering disebut, saya tergerak ke Salatiga. Di Diklat Salatiga, Kurniawan ditempa. "Mengapa malu?" Tanya saya saat akan memotretnya. Dia tersipu-sipu. Budi Rijanto, ayahnya yang kini almarhum yang kala itu juga ada di sana, menerangkan bahwa saya adalah wartawan pertama yang mewawancarai sekaligus memotretnya. Pada titik ini, kelak setelah interview itu, saya merasa bangga ketika mengikuti perjalanan Kurniawan dari titik nol, menjadi tombak tim nasional, hingga kini dia mukim di Malaysia bersama istri dan anaknya, saat usianya telah 37 tahun. Telah banyak dikupas tentang perjalanan hidup Kurniawan, baik di lapangan maupun kehidupan pribadinya. Kita semua juga sudah tahu bahwa Ade, panggilan lain Kurniawan selain Kurus, pernah berkostum FC Luzern Swiss (1994-1995), hingga membela Persipon Pontianak (2013, sebelum kontraknya diputus lantaran Persipon terlilit problem biaya). Tapi, mungkin jarang yang tahu bahwa pria asal Kalinegoro, Magelang, ini sekarang mukim di Kuching, Malaysia. Ya, striker yang mendonasikan 31 gol untuk Timnas Indonesia (sedikit di bawah Bambang Pamungkas yang menyarangkan total 34 gol) ini 'menjadi TKI' di negeri Jiran, dengan mengelola rumah makan. Bersama sang istri yang ber-KTP Malaysia, Kurniawan memiliki rumah makan Melayu bernama Kopi O Corner. Kurniawan menuturkan, gerai usahanya terus berkembang dan siap melebarkan sayap. "Saya tengah mengembangkan usaha ini dengan sistem franchise," ujar pria yang pernah membela 16 klub selama kariernya ini. Meski sibuk mengelola rumah makan, terselip niat Kurniawan menjadi pelatih. Namun untuk mewujudkannya ia masih harus mengikuti kursus kepelatihan dari AFC yang digelar di Malaysia untuk mendapat lisensi. Andai harapan itu terwujud, Kurniawan menaruh harapan bisa memulai profesinya di Indonesia. "Pastinya, saya ingin menjadi pelatih di Indonesia. Saya ingin mengembangkan sepakbola di tanah kelahiran," katanya. Ya, ya, betapapun pernah meninju dirinya sendiri dengan kasus narkoba, nama Kurniawan masih harum di negeri ini. Kharismanya belum memudar. Ia pernah pula mencetak berita heboh di seputar perseteruannya dengan Kartika Dewi, istri pertama yang kemudian diceraikannya pada 2003, tetapi percayalah Kurniawan adalah salah satu pria santun dan rendah hati di tengah kehidupannya yang fluktuatif. Bertemu dengannya pada Februari 2012 kala ayahnya meninggal, saya melihatnya mengambil air wudlu, beberapa saat setelah sang ayah dikebumikan. Tak lama kemudian dia menunaikan sholat asyar ... -Arief Firhanusa-

Jumat, 30 Oktober 2015

Yuyuk basuki


Yayuk Basuki, petenis terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia ini menorehkan tinta emasnya di dunia tenis internasional. Sepanjang kariernya, Yayuk pernah mencatat kemenangan melawan petenis-petenis terbaik dunia. Sebut saja, Martina Hingis, Amelie Mauresmo, Lindsay Davenport, Gabriela Sabatini, Anke Huber, Iva Majoli, Anna Kournikova, dan Mary Pierce. Kemenangan terbaiknya adalah pada saat berhasil mengalahkan Iva Majoli yang merupakan juara French Open pada saat itu. Yayuk mewakili Indonesia pada Olimpiade 1988, 1992, 1996, dan 2000. Prestasi tertingginya di olimpiade adalah di Barcelona 1992 saat ia berhasil mencapai babak ketiga mengalahkan Mercedes Paz dan Mary Pierce.
Yayuk kecil sejak berusia lima tahun sudah bertekad ingin menjadi petenis tingkat dunia. Budi Basuki, ayahnya, terakhir menjadi anggota polisi di Purwokerto, Jawa Tengah dan ibunya, Sutini, memperkenalkan Yayuk pada tenis sekaligus melatihnya. Umur 13 tahun, Yayuk, anak kelima dari lima bersaudara ini bernaung di sebuah klub tenis di Ragunan, Jakarta, hingga tahun 1989. Ia kemudian ditangani beberapa pelatih secara bergantian, tapi yang paling besar jasanya baginya adalah Mien Gondowidjojo yang dianggapnya bukan sekadar pelatih tapi juga seperti orangtuanya sendiri. Tahun berikutnya, Yayuk masuk klub Pelita.
Yayuk mulai menekuni tenis profesional sejak kembali dari Beijing pada Oktober 1990 dan dilatih oleh George Jiri Waters. Pada turnamen Challenge II di Jakarta pada Februari 1991, Yayuk dengan peringkat 259 WTA menjadi juara. Pada awal April 1991, saat menjuarai turnamen Pattaya di Thailand, peringkatnya naik ke posisi 86 WTA. Pers dan penonton di luar negeri kemudian menjuluki Yayuk sebagai Jaguar of Asia setelah ia memenangkan turnamen tenis di Pattaya ini.
Aral melintang pernah merintangi karir Yayuk. Ia pernah merasakan dicoret dari tim Fed Cup Indonesia karena bersama Suharyadi, suami sekaligus pelatihnya dianggap lancang menulis surat ke badan dunia tenis wanita agar memilih lapangan tempat tim Indonesia bertanding. Yayuk dan Suharyadi akhirnya ‘keluar’ dari tim Indonesia setelah mundurnya Ketua Badan Tim Nasional, Wimar Witoelar yang dikenal dekat dengan pasangan ini.
Yayuk akhirnya mengambil keputusan tegas untuk mengejar target menembus 20 besar dunia. Jadwal ketat pertandingan dunia itu bersinggungan dengan jadwal SEA Games dan PON, kedua event itu terpaksa ia lewatkan. Langkahnya tidak main-main. Ia mendirikan YBM (Yayuk Basuki Management), organisasi yang kemudian mengelola semua kebutuhan bertanding Yayuk. Ia bekerjasama dengan Wimar Witoelar. Kemudian YBM dikelola oleh Robert Manurung, yang mengurusi segala kegiatan promosi, keuangan, dan program latihan Yayuk. Ia juga berharap sistem ini bisa dicontoh oleh atlet-atlet Indonesia lain jika memang ingin aktif ke ajang tenis profesional.
Ketika Yayuk masuk delapan besar Wimbledon, ia mencatatkan dirinya sebagai wanita Indonesia pertama yang masuk “Eight Club”, lembaga yang menampung para alumni delapan besar turnamen akbar itu. Dengan menjadi anggota “Klub Delapan” ini , Yayuk bisa menikmati fasilitas VIP, termasuk hotel kelas satu di mana saja.
Desas-desus kemundurannya dari dunia tenis sebenarnya sudah terdengar saat Yayuk menjuarai Asian Games di Bangkok, 1998. Pada tahun 1999, saat mengandung anaknya, ia benar-benar mengundurkan diri dari tenis profesional. Setelah melahirkan, PB Pelti menginginkan agar ia aktif kembali.
Yayuk memang terlahir sebagai keluarga pencinta tenis. Ayahnya, Budi Basuki, mantan pemain tenis meja PON, 1954. Bukan hanya tenis meja, tenis lapangan pun dikuasainya selain bulutangkis. Sang ibu juga hobi dengan bulutangkis dan tenis. Saking hobinya berolahraga, sampai-sampai Sutini tidak sadar bahwa ia sedang mengandungi bayinya, Yayuk Basuki. Kakaknya Nani Sudarmi adalah petenis tingkat nasional era 1980-an.
Kenangan terakhir Yayuk dalam meraih peringkat tertingginya yaitu saat mengikuti Turnamen Birmingham, Juni 1997. Di turnamen ini Yayuk berhasil menembus babak final, meski gagal meraih juara lantaran terjegal Nathalie Tauziat dari Perancis. Terakhir, Yayuk sempat masuk perempat final dalam pentas Wimbledon sebelum kalah dari Jana Navotna yang keluar sebagai juara, prestasi ini membuatnya mencapai peringkat ke- 19.
Yayuk menikah dengan Suharyadi tanggal 31 Januari 1994 di Yogyakarta.,setelah pensiun mereka mendirikan PT Yarynara 19, yang merupakan nama anaknya dan angka 19 merupakan peringkat tertinggi yang pernah di capai, perusahaan ini bergerak di bidang advertising, event organizer olahraga. Selain itu Yayuk juga menjadi pelatih tenis, komentator tenis di televisi dan media cetak, serta konsultan menteri pemuda dan olahraga.
Yayuk pensiun dari dunia profesional pada tahun 2004, namun pada Maret 2008 ia kembali bermain di ajang ITF Tour pada cabang ganda putri dan sampai sekarang telah memenangkan enam gelar ITF. Ia menjadi juara di Bangkok pada Juni 2008 berpasangan dengan Tiffany Welford. Dilanjutkan pada Agustus 2008 ia berpasangan dengan Romana Tedjakusuma di Hechingen, Jerman. Bulan Oktober, Yayuk kembali berpasangan dengan Romana menjadi juara di Augusta, Amerika Serikat. Tahun 2009 Yayuk menjadi juara di Balikpapan dilanjutkan di Goyang dan Gimhae, Korea Selatan, kembali bersama Romana. Pada Australia Open 2010 lalu, Yayuk ikut berpartisipasi berpasangan dengan Kimiko Date. Bahkan beberapa hari lalu, Yayuk yang hampir berusia 40 tahun mampu menembus babak perempat final ajang Taipei Open berpasangan dengan Jessy Rompies. Di bulan November ini juga Yayuk berpasangan dgn Jessy akan membela Indonesia di ajang Asian Games XVI Guangzhou China.
Yayuk Basuki, petenis terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia ini menorehkan tinta emasnya di dunia tenis internasional. Sepanjang kariernya, Yayuk pernah mencatat kemenangan melawan petenis-petenis terbaik dunia. Sebut saja, Martina Hingis, Amelie Mauresmo, Lindsay Davenport, Gabriela Sabatini, Anke Huber, Iva Majoli, Anna Kournikova, dan Mary Pierce. Kemenangan terbaiknya adalah pada saat berhasil mengalahkan Iva Majoli yang merupakan juara French Open pada saat itu. Yayuk mewakili Indonesia pada Olimpiade 1988, 1992, 1996, dan 2000. Prestasi tertingginya di olimpiade adalah di Barcelona 1992 saat ia berhasil mencapai babak ketiga mengalahkan Mercedes Paz dan Mary Pierce.
Yayuk kecil sejak berusia lima tahun sudah bertekad ingin menjadi petenis tingkat dunia. Budi Basuki, ayahnya, terakhir menjadi anggota polisi di Purwokerto, Jawa Tengah dan ibunya, Sutini, memperkenalkan Yayuk pada tenis sekaligus melatihnya. Umur 13 tahun, Yayuk, anak kelima dari lima bersaudara ini bernaung di sebuah klub tenis di Ragunan, Jakarta, hingga tahun 1989. Ia kemudian ditangani beberapa pelatih secara bergantian, tapi yang paling besar jasanya baginya adalah Mien Gondowidjojo yang dianggapnya bukan sekadar pelatih tapi juga seperti orangtuanya sendiri. Tahun berikutnya, Yayuk masuk klub Pelita.
Yayuk mulai menekuni tenis profesional sejak kembali dari Beijing pada Oktober 1990 dan dilatih oleh George Jiri Waters. Pada turnamen Challenge II di Jakarta pada Februari 1991, Yayuk dengan peringkat 259 WTA menjadi juara. Pada awal April 1991, saat menjuarai turnamen Pattaya di Thailand, peringkatnya naik ke posisi 86 WTA. Pers dan penonton di luar negeri kemudian menjuluki Yayuk sebagai Jaguar of Asia setelah ia memenangkan turnamen tenis di Pattaya ini.
Aral melintang pernah merintangi karir Yayuk. Ia pernah merasakan dicoret dari tim Fed Cup Indonesia karena bersama Suharyadi, suami sekaligus pelatihnya dianggap lancang menulis surat ke badan dunia tenis wanita agar memilih lapangan tempat tim Indonesia bertanding. Yayuk dan Suharyadi akhirnya ‘keluar’ dari tim Indonesia setelah mundurnya Ketua Badan Tim Nasional, Wimar Witoelar yang dikenal dekat dengan pasangan ini.
Yayuk akhirnya mengambil keputusan tegas untuk mengejar target menembus 20 besar dunia. Jadwal ketat pertandingan dunia itu bersinggungan dengan jadwal SEA Games dan PON, kedua event itu terpaksa ia lewatkan. Langkahnya tidak main-main. Ia mendirikan YBM (Yayuk Basuki Management), organisasi yang kemudian mengelola semua kebutuhan bertanding Yayuk. Ia bekerjasama dengan Wimar Witoelar. Kemudian YBM dikelola oleh Robert Manurung, yang mengurusi segala kegiatan promosi, keuangan, dan program latihan Yayuk. Ia juga berharap sistem ini bisa dicontoh oleh atlet-atlet Indonesia lain jika memang ingin aktif ke ajang tenis profesional.
Ketika Yayuk masuk delapan besar Wimbledon, ia mencatatkan dirinya sebagai wanita Indonesia pertama yang masuk “Eight Club”, lembaga yang menampung para alumni delapan besar turnamen akbar itu. Dengan menjadi anggota “Klub Delapan” ini , Yayuk bisa menikmati fasilitas VIP, termasuk hotel kelas satu di mana saja.
Desas-desus kemundurannya dari dunia tenis sebenarnya sudah terdengar saat Yayuk menjuarai Asian Games di Bangkok, 1998. Pada tahun 1999, saat mengandung anaknya, ia benar-benar mengundurkan diri dari tenis profesional. Setelah melahirkan, PB Pelti menginginkan agar ia aktif kembali.
Yayuk memang terlahir sebagai keluarga pencinta tenis. Ayahnya, Budi Basuki, mantan pemain tenis meja PON, 1954. Bukan hanya tenis meja, tenis lapangan pun dikuasainya selain bulutangkis. Sang ibu juga hobi dengan bulutangkis dan tenis. Saking hobinya berolahraga, sampai-sampai Sutini tidak sadar bahwa ia sedang mengandungi bayinya, Yayuk Basuki. Kakaknya Nani Sudarmi adalah petenis tingkat nasional era 1980-an.
Kenangan terakhir Yayuk dalam meraih peringkat tertingginya yaitu saat mengikuti Turnamen Birmingham, Juni 1997. Di turnamen ini Yayuk berhasil menembus babak final, meski gagal meraih juara lantaran terjegal Nathalie Tauziat dari Perancis. Terakhir, Yayuk sempat masuk perempat final dalam pentas Wimbledon sebelum kalah dari Jana Navotna yang keluar sebagai juara, prestasi ini membuatnya mencapai peringkat ke- 19.
Yayuk menikah dengan Suharyadi tanggal 31 Januari 1994 di Yogyakarta.,setelah pensiun mereka mendirikan PT Yarynara 19, yang merupakan nama anaknya dan angka 19 merupakan peringkat tertinggi yang pernah di capai, perusahaan ini bergerak di bidang advertising, event organizer olahraga. Selain itu Yayuk juga menjadi pelatih tenis, komentator tenis di televisi dan media cetak, serta konsultan menteri pemuda dan olahraga.
Yayuk pensiun dari dunia profesional pada tahun 2004, namun pada Maret 2008 ia kembali bermain di ajang ITF Tour pada cabang ganda putri dan sampai sekarang telah memenangkan enam gelar ITF. Ia menjadi juara di Bangkok pada Juni 2008 berpasangan dengan Tiffany Welford. Dilanjutkan pada Agustus 2008 ia berpasangan dengan Romana Tedjakusuma di Hechingen, Jerman. Bulan Oktober, Yayuk kembali berpasangan dengan Romana menjadi juara di Augusta, Amerika Serikat. Tahun 2009 Yayuk menjadi juara di Balikpapan dilanjutkan di Goyang dan Gimhae, Korea Selatan, kembali bersama Romana. Pada Australia Open 2010 lalu, Yayuk ikut berpartisipasi berpasangan dengan Kimiko Date. Bahkan beberapa hari lalu, Yayuk yang hampir berusia 40 tahun mampu menembus babak perempat final ajang Taipei Open berpasangan dengan Jessy Rompies. Di bulan November ini juga Yayuk berpasangan dgn Jessy akan membela Indonesia di ajang Asian Games XVI Guangzhou China.

Kamis, 29 Oktober 2015

Haryanto harbi

HARYANTO HARBI adalah pemain bulutangkis yang hebat  Penggemar bulutangkis seluruh dunia pasti kenal Hari. Dialah salah satu master bulutangkis dunia. Di masa jayanya, era 90-an, ia dijuluki 'Smash 100 Watt' saking kerasnya smash atlet bulutangkis asal Kudus, Jawa Tengah ini.


     Michael Ludwig Hariyanto Arbi lahir tanggal 21 Januari 1972. Atlet bertinggi 175 cm ini lahir dari keluarga bulutangkis. Kedua kakaknya, Hastomo Arbi dan Eddy Hartono  juga atlet-atlet bulutangkis kaliber dunia yang mengharumkan nama Indonesia di zamannya. 


     Penggemar sate ini memang sudah lama gantung raket dan kini menjalankan mendirikan perusahaan perlengkapan bulutangkis merek Flypower miliknya. Produknya bahkan sudah diekspor ke Filipina.  Tahun 2006, ia meluncurkan buku biografinya, 'Hariyanto Arbi: Smash 100 Watt'.

Rabu, 28 Oktober 2015

Kareem Abdul Jabbar

Sosok Kareem Abdul Jabbar diakui banyak pemain basket sebagai salah satu pemain basket terbesar sepanjang masa. Shooting, Slam dunk, rebound, block , maupun aksi lainnya, sangat memukau. Tak jarang, lawannya dibuat kesulitan untuk membendung agresivitas pemain bertinggi badan 2,18 meter ini.
Dengan dukungan postur tubuhnya yang sangat tinggi, Kareem Abdul Jabbar sering kali melakukan aksi yang brilian. Lompatannya sering mengundang kagum para penonton maupun tim lawan. Atas aksi dan kesuksesannya membawa klubnya meraih tangga juara, Kareem Abdul Jabbar pernah dinobatkan sebagai pemain terbaik di kompetisi liga bola basket Amerika Serikat (NBA  Most Valuable Player ). Predikat itu diraihnya sebanyak enam kali.

Selama bermain di ajang NBA, ia berhasil membukukan rekor sebagai pencetak angka tertinggi sepanjang masa dengan 38.387 poin. Karenanya, ia mendapat julukan 'Raja Bola Basket'. Dan berkat prestasinya ini, 19 kali ia terpilih untuk memperkuat tim NBA All-Star.

Karier pria kelahiran New York City, 16 April 1947, di ajang bola basket Amerika dimulai ketika bermain untuk tim bola basket kampus, Universitas California, Los Angeles (UCLA). Aksi-aksinya di tim UCLA, mendapat perhatian serius para pelatih basket Amerika Serikat saat itu.

Dan tahun 1969, ia mendapat tawaran bermain di level kompetisi basket tertinggi di Amerika Serikat (NBA) dengan bergabung bersama klub Milwaukee Bucks. Di klub barunya ini, ia turut memberi andil besar dengan merebut juara NBA tahun 1970-1971.

Pada 1975, ia bergabung dengan tim basket asal Kota Los Angeles, LA Lakers. Di klub inilah karier Kareem makin melesat. Ia berhasil membawa La Lakers merebut sejumlah gelar juara untuk klubnya. Di samping itu, ia juga berhasil merebut gelar pribadi, yakni sebagai pemain terbaik NBA. Di klub ini, ia bermain sejak 1975-1989.

Selasa, 27 Oktober 2015

Shaq oneal

Shaquille O'Neal yang lahir dengan nama Shaquille Rashaun O'Neal adalah seorang pemain basket profesional asal Amerika. Pebasket yang akrab disapa Shaq ini merupakan salah satu atlet dominan yang selalu diandalkan. Prestasi terbaiknya di dunia basket adalah medali emas yang berhasil diraihnya World Championship 1994 dan Olympic Games 1996.

Putra pasangan Joseph Toney dan Lucille O'Neal Harrison ini faktanya belum pernah bertemu dengan ayah kandungnya. Joseph tersandung kasus obat-obatan terlarang dan dipenjara ketika Shaq masih bayi. Selama ini sosok ayah yang dikenal Shaq adalah pria yang dinikahi ibunya, Phillip Harrison.

Shaq sendiri sempat menikah dengan Shaunie Nelson pada 26 Desember 2002. Shaq dan Shaunie dikaruniai empat orang anak, Shareef, Amirah, Shaqir, dan Me'arah. Shaq sebelumnya telah memiliki seorang putri yang bernama Taahirah dengan mantan kekasihnya. Sementara Shaunie memiliki putra, Myles, dengan pasangannya sebelum bersama Shaq. Akan tetapi Shaq dan Shaunie bercerai pada 10 November 2009 lalu.

Shaq menempuh pendidikannya dan mulai serius dengan basket sejak ia berada di Cole High School. Saat melanjutkan ke Louisiana Tech University, ia masuk dalam tim basket di kampus dan mendapatkan beberapa kali kemenangan dalam kejuaraan yang diikutinya. Shaq mundur dari pendidikannya di tahun 1992 karena ingin meraih karier profesional basket. Shaq lantas bergabung dengan Orlando Magic sampai pada akhir musim 1996.

Selain bersama dengan Orlando Magic, Shaq juga pernah memperkuat tim Los Angeles Lakers, Miami Heat, Phoenix Suns, Cleveland Cavaliers, dan yang terakhir adalah Boston Celtics di akhir musim 2011. Setelah pensiun dari basket, Shaq menyatakan bahwa ia ingin serius menjalani bisnis di bidang real-estate.

Selain menjadi seorang atlet, Shaq adalah seorang penyanyi rap dan juga pemain film. Ia pun beberapa kali tampil dalam acara televisi. Sebagai penyanyi, Shaq telah menelurkan beberapa buah album rap. Untuk film, Shaq juga masih aktif sampai dengan tahun 2011 lalu, dimana ia menjadi cameo dalam film komedi Jack and Jill. Sayang salah satu filmnya yang berjudul Steel (1997) membuatnya dinominasikan sebagai aktor terburuk di Razzie Award.

Shaq memiliki banyak julukan, antara lain adalah The Diesel, Shaq Fu, The Big Daddy, Superman, The Big Agave, The Big Cactus, The Big Shaqtus, The Big Galactus, Wilt Chamberneezy, The Big Baryshnikov, The Real Deal, The Big Shamrock, The Big Leprechaun, Shaqovic, The Big Conductor, Dr. Shaq. Julukan terakhirnya diberikan pada Shaq setelah ia menerima gelar doktoralnya dari University of Phoenix.